Pages

Rabu, 06 November 2013

Masalah Kependudukan (kemacetan)

JAKARTA - Kekesalan soal kemacetan di Ibu Kota tidak saja dirasakan warga Jakarta tetapi juga dirasakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bedanya, warga Ibu Kota mulai memahami kemacetan disebabkan banyak sebab, sedangkan SBY "malah" menimpakan tanggungjawab kemacetan kepada Gubernur Joko Widodo (Jokowi).

Di depan anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN) di Istana Negara, Jakarta, kemarin bahkan SBY meminta anggota KADIN untuk langsung menanyakan penyebab Jakarta masih saja dilanda kemacetan parah kepada Jokowi.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menganggap SBY "keseleo" lidah dan "keseleo" pemahaman soal pernyataan kemacetan Jakarta hanya ditimpakan ke pundak Jokowi.

"Ingat, Jokowi memang menjabat Kepala Daerah tapi bisakah kita memahami kebijakan-kebijakan makro lebih banyak diatur oleh menteri-menterinya SBY. Ambil contoh, kebijakan mobil murah yang kini makin membajiri Jakarta, apakah adil kita menyalahkan Jokowi ? Publik pun masih ingat kalau Jokowi dan Ahok menentang habis-habisan kebijakan mobil murah sementara menteri-menteri SBY bernada sama menyetujui kebijakan konyol tersebut," tegas Ari Junaedi saat berbincang denganOkezone, Selasa (5/11/2013).

Kata dia, jelang paripurna tugasnya sebagai presiden sebaiknya SBY meninggalkan "legacy" yang elok dalam berkomunikasi. Jangan sampai, pernyataan-pernyataan Presiden kontra produktif dengan logika dan nalar rakyat apalagi berlawanan dengan kenyataan.

"Ingat pula, jika pemerintah mau serius untuk membenahi wajah Ibukota yang terkenal macet minta donk para menterinya untuk saling bahu-membahu membantu Jokowi. Minta Pertamina membangun banyak stasiun pengisian bahan bakar gas, dorong PT KAI memperbanyak kereta komuter, desak Kementrian PU membangun jalan. Bukannya malah mendukung membanjirnya mobil murah yang ternyata tidak murah. Kasihan rakyat kalau kita punya Presiden yang suka lempar batu sembunyi tangan," pungkasnya.

 Analisa dari saya sebagai pembaca

Menurut saya tentang berita diatas adalah bahwa masalah tersebut timbul karna adanya masalah tentang kemacetan dan seharusnya betul kata Ari Junaedi pengamat politik dari Universitas Indonesia terbut bahwa bapak presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak bisa begitu saja menyalahkan Jokowi dan Ahok (Basuki) selaku gubernur dan wakil gubernur kota Jakarta ini karna benar bahwa mereka berdua memang bertanggung jawab atas kemacetan Jakarta namun tidak semua sebab dan penyebab kemacetan disebabkan oleh Jokowi dan Ahok selaku gubernur dan wakil gubernur. Contoh waktu mentri presiden SBY sapaan akrab untuk Susilo Bambang Yudhoyono ini meluncurkan mobil murah untuk rakyat kalangan bawah mereka berdua menentang keras dan saya ingat betul Ahok pernah berkata disalah satu berita, kalau mau mengatasi masalah ini jangan meluncurkan mobil murah untuk rakyat kelas menengah, ini justru menambah kemacetan, yang harus dilakukan oleh pemerintah dan para mentri ialah membenahi sarana dan prasarana trasportasi umum agar menjadi lebih tertib dan nyaman supaya yang tadinya naik mobil atau motor pribadi sekarang beralih ke transportasi umum karna telah menjadi tertib, aman, dan nyaman.

Jadi kalo menurut saya pribadi penyelesaian dari masalah moral tersebut ialah jangan sepenuhnya bapak presiden SBY menyalahkan gubernur dan wakil gubernur Jakarta, melainkan membantunya untuk mencapai visi dan misi yang sama. Lagi pula kalau semua bisa terwujud dengan baik kemacetan itu akan hilang dan masalah itu teratasi, sebagai contoh bisa dilakukan perbaikan ditransportasi umu seperti transjakarta yang telah beroperasi. Transjakarta yang ada sekarang telah mengalami perbaikan walau sedikit, sedangkan masih lebih banyak sisi yang kurang menyenangkannya, seperti selalu lama datagnya transjakarta tersebut, bayangkan saja saya pernah menunggu transjakarta sampai lebih dari 40 menit pada jam-jam pulang kantor. Dan yang sekarang sedang dijalankan lagi pembangunannya ialah monorail, banyak yang berharap itu dapat mengatasi kemacetan di Jakarta dan jangan sampai tiang penyangga monorail itu teronggok lagi seperti dahulu kala dan hanya membuang-buang anggaran belanja daerah saja.

Kesimpulannya menurut saya adalah jangan hanya memberatkan gubernur dan wakilnya saja untuk masalah ini karna kemacetan ini adalah masalah bersama antara presiden gubernur maupun masyarakat kotanya itu sendiri, jadi kalau semua bisa terpenuhi dengan baik maka masalah ini akan terselesaikan bukan?

Demikian analisa dan ulasan saya tentang berita tersebut bro and sist para blogger sekalian, BRAVO BLOGGER INDONESIA ! ! !